Apa itu bioaktivator / dekomposer / probiotik yang menjadi kunci sukses fermentasi pupuk organik berkualitas? Dalam dunia pertanian dan budidaya tambak yang semakin menekankan aspek keberlanjutan, pupuk organik menjadi pilihan utama para petani dan petambak. Namun, proses fermentasi pupuk organik membutuhkan waktu yang tidak singkat jika dibiarkan secara alami. Di sinilah peran bioaktivator menjadi sangat penting. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang bioaktivator untuk fermentasi pupuk organik, manfaatnya, jenis-jenisnya, dan cara pengaplikasiannya.
Apa Itu Bioaktivator dan Mengapa Penting?
Bioaktivator, yang juga dikenal sebagai dekomposer atau probiotik tanah, adalah produk yang mengandung mikroorganisme menguntungkan untuk mempercepat proses penguraian bahan organik. Mikroorganisme ini berfungsi sebagai katalisator yang memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah diserap oleh tanaman atau plankton di tambak.
Tanpa bioaktivator, proses dekomposisi bahan organik bisa memakan waktu 2-6 bulan. Dengan bioaktivator, prosesnya dapat dipercepat menjadi hanya 7-30 hari, tergantung jenis bahan organik yang difermentasi.
Jenis-jenis Bioaktivator untuk Fermentasi Pupuk Organik
Beberapa jenis bioaktivator yang umum digunakan dalam fermentasi pupuk organik antara lain:
1. EM4 (Effective Microorganisms 4)
EM4 merupakan bioaktivator yang sangat populer di kalangan petani dan petambak Indonesia. Produk ini tersedia dalam dua varian utama:
- EM4 Pertanian (botol kuning): Mengandung bakteri Lactobacillus, bakteri fotosintetik, Actinomycetes, dan jamur fermentasi. Ideal untuk fermentasi pupuk dari kohe dan sisa tanaman.
- EM4 Peternakan (botol hijau): Memiliki formula yang dioptimalkan untuk mengurangi bau dan mempercepat penguraian limbah peternakan.
Keunggulan EM4 adalah kemampuannya bekerja dalam berbagai kondisi, baik aerob maupun anaerob, serta ketersediaannya yang luas di pasaran Indonesia.
2. Stardec
Stardec mengandung konsorsium mikroba selulolitik dan lignolitik yang efektif menguraikan bahan organik dengan kandungan selulosa dan lignin tinggi seperti jerami dan sekam. Bioaktivator ini sangat cocok untuk fermentasi pupuk dari bahan yang lebih keras dan sulit terurai.
3. Orgadec
Orgadec mengandung jamur Trichoderma dan bakteri selulolitik yang bekerja sinergis dalam mengurai bahan organik. Selain mempercepat dekomposisi, Orgadec juga mampu menekan pertumbuhan patogen tanah, memberikan nilai tambah bagi pupuk yang dihasilkan.
4. Super Decomposer (SuperDec)
SuperDec mengandung mikroba pendegradasi selulosa, protein, dan lemak, menjadikannya bioaktivator serbaguna untuk berbagai jenis bahan organik. Produk ini sering digunakan untuk pupuk kompos yang akan diaplikasikan pada lahan pertanian.
5. MOL (Mikroorganisme Lokal)
MOL adalah bioaktivator yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti buah busuk, nasi basi, atau limbah dapur. Meskipun kandungan mikroorganismenya tidak sestabil produk komersial, MOL menawarkan alternatif ekonomis bagi petani kecil.

Cara Kerja Bioaktivator/ Dekomposer dalam Proses Fermentasi
Bioaktivator bekerja melalui beberapa mekanisme:
- Penguraian Selulosa dan Lignin: Bakteri selulolitik dan jamur menghasilkan enzim selulase yang memecah selulosa menjadi gula sederhana.
- Fermentasi: Bakteri asam laktat seperti Lactobacillus mengubah gula menjadi asam laktat, menurunkan pH dan menciptakan kondisi yang menghambat pertumbuhan mikroba patogen.
- Fiksasi Nitrogen: Beberapa mikroorganisme dalam bioaktivator mampu mengikat nitrogen dari udara, meningkatkan kandungan nitrogen dalam pupuk.
- Produksi Metabolit Sekunder: Mikroorganisme menghasilkan hormon pertumbuhan, enzim, dan senyawa antimikroba yang bermanfaat bagi tanaman dan menekan patogen.
Dosis dan Cara Aplikasi Bioaktivator
Dosis dan cara aplikasi bioaktivator bervariasi tergantung jenis bahan organik yang difermentasi:
Untuk Kohe Ayam (500 kg)
- EM4 Pertanian: 0,5-1 liter
- Molase/gula merah: 10-25 kg (2-5% dari berat kohe)
- Air: 50-75 liter (10-15% dari berat kohe)
- Waktu fermentasi: 7-14 hari
Untuk Kohe Sapi Basah (1.500 kg)
- EM4 Pertanian: 1,5-3 liter
- Molase/gula merah: 45-75 kg (3-5% dari berat kohe)
- Air: 75-150 liter (5-10% dari berat kohe)
- Waktu fermentasi: 21-30 hari
Untuk Kohe Sapi Menumpuk (1.000 kg)
- EM4 Pertanian: 0,5-1 liter
- Molase/gula merah: 10-30 kg (1-3% dari berat kohe)
- Air: 50-100 liter (5-10% dari berat kohe)
- Waktu fermentasi: 7-14 hari
Langkah Aplikasi Bioaktivator:
- Persiapan Bahan: Pastikan bahan organik dalam kondisi yang sesuai. Kohe ayam sebaiknya tidak terlalu basah (kadar air 20-30%), kohe sapi basah bisa dikeringkan sedikit jika terlalu lembab.
- Aktivasi Bioaktivator: Campurkan bioaktivator dengan molase/gula merah dan air dalam wadah terpisah. Biarkan selama 15-30 menit untuk mengaktifkan mikroorganisme.
- Pencampuran: Siramkan larutan bioaktivator secara merata ke tumpukan bahan organik sambil diaduk untuk memastikan distribusi yang seragam.
- Kondisi Fermentasi: Pastikan kelembaban tumpukan tepat (40-60%). Jika digenggam, bahan tidak meneteskan air tetapi terasa lembab. Tutup tumpukan dengan terpal untuk menciptakan kondisi anaerob.
- Monitoring: Periksa suhu tumpukan setiap 3-4 hari. Suhu akan naik hingga 50-60°C pada hari ke-3 sampai ke-5, kemudian berangsur turun. Jika suhu terlalu tinggi (>65°C), buka terpal sebentar untuk melepaskan panas.
Indikator Fermentasi Berhasil
Pupuk organik yang telah terfermentasi dengan baik memiliki ciri-ciri:
- Suhu: Mendekati suhu lingkungan setelah sebelumnya mengalami peningkatan.
- Warna: Lebih gelap dari bahan asalnya, kehitaman.
- Tekstur: Gembur dan remah seperti tanah.
- Aroma: Seperti tanah segar atau tape (tidak berbau busuk).
- Volume: Menyusut 30-40% dari volume awal.
Keuntungan Menggunakan Bioaktivator
Penggunaan bioaktivator / dekomposer dalam fermentasi pupuk organik memberikan beberapa keuntungan:
- Efisiensi Waktu: Mempercepat proses fermentasi hingga 3-6 kali lipat dibandingkan proses alami.
- Peningkatan Kualitas Pupuk: Menghasilkan pupuk dengan kandungan nutrisi lebih seimbang dan lebih mudah diserap.
- Reduksi Patogen: Proses fermentasi dengan bioaktivator efektif mengurangi bakteri patogen dan telur parasit.
- Pengurangan Bau: Mikroorganisme menguraikan senyawa penyebab bau tidak sedap.
- Efisiensi Ekonomi: Meskipun ada biaya tambahan untuk bioaktivator, penghematan waktu dan peningkatan kualitas pupuk memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Pembuatan Bioaktivator Lokal (MOL)
Untuk petambak dengan anggaran terbatas, bioaktivator lokal (MOL) bisa menjadi alternatif:
MOL Buah-buahan
- Bahan: 5 kg buah busuk (pepaya, pisang, nanas), 1 kg gula merah, 10 liter air beras
- Cara Pembuatan: Potong buah kecil-kecil, campur dengan gula merah dan air beras, masukkan dalam wadah tertutup dengan lubang kecil untuk sirkulasi udara. Fermentasi selama 14-21 hari.
MOL Bonggol Pisang
- Bahan: 5 kg bonggol pisang, 1 kg gula merah, 10 liter air beras/air kelapa
- Cara Pembuatan: Cincang bonggol pisang, campur dengan gula merah dan air, fermentasi selama 14-21 hari.
MOL ini bisa digunakan dengan dosis 5-10% lebih tinggi dibandingkan bioaktivator komersial karena konsentrasi mikroorganismenya yang lebih rendah.
Kesimpulan
Bioaktivator/ probiotik / dekomposer memegang peranan penting dalam proses fermentasi pupuk organik, mempercepat proses penguraian dan meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan. Pemilihan jenis bioaktivator yang tepat, dosis yang sesuai, dan aplikasi yang benar akan memberikan hasil optimal.
Bagi petambak yang ingin meningkatkan efisiensi dan kualitas pupuk organik untuk tambak mereka, investasi pada bioaktivator berkualitas akan memberikan pengembalian yang signifikan melalui pertumbuhan plankton yang lebih baik, kualitas air yang lebih stabil, dan pada akhirnya produksi bandeng yang lebih tinggi.
Dengan memahami prinsip kerja dan aplikasi bioaktivator, petambak dapat mengoptimalkan proses fermentasi pupuk organik dan meningkatkan produktivitas tambak secara berkelanjutan.